hai, setelah sekian abad nggak ngeblog *lebay padahalma cuma sebulan* akhirnya gue ngeblog lagi. kali ini, gue mau ngebahas nickname alias nama panggilan kita. setiap dari kita pasti punya nama panggilan. entah itu nama panggilan lo sejak kecil, atau nama panggilan karena suatu hal. misalnya, karena mukanya mirip siapa gituu, atau karena kebiasaan-kebiasaan unik lo. berapa banyak sih nama panggilan yang lo punya?.
berbicara nama panggilan, gue punya beberapa temen yang panggilannya unik, kocak, dan blablabla. SMP dulu, gue punya temen namanya kresna. nama twitternya dulu saiteiteman. jadi kalo nyari dia "kresna saiteite mana?". ada lagi, namanya cahyo. dia dipanggil "cah" karena cah itu penggalan dari namanya, cahyo. tapi entah kenapa, masuk kelas 9 (dia sekelas sama gue pas kelas 9) panggilannya nambah satu: encex. gatau deh kenapa jadi encex panggilannya. dan karena dia seperti "papah"nya kelas gue, jadi nambah kata papah di depan nama panggilannya: papah cahyo atau papah encex.
masuk SMA, temen nambah *alhamdulillah. ada kakak kelas gue namanya rama zikriyadi dipanggilnya sule. konon katanya sih, karena wajahnya mirip wajah anaknya sule (artis). ada lagi, namanya rafdi kadang dipanggil doyok, auk ngapa. ada lagi, temen gue dia ini cowok, tapi namanya anin *jangan berpikir keras ya*. waktu itu gue latian teater, eh si anin ngilang kemana tau. terus ketua ekskul teater gue nyari nyari "eh nindi mana nindi?" gue bingung "nindi men? emang ada yang namanya nindi? ngaco aja lu" dan kak mamen menjawab "itu si anin. aninditya kan namanya? ya nindi". and i'm just like.... okay fine, men. you win. nah itu, ketua ekskul teater gue, namanya rahman ghifari. panggilannya jadi mamen. temen gue namanya ali, panggilannya jadi jiih. dan masih banyak orang dengan panggilan-panggilan sedemikian rupa disekitar gue.
gue? punya nama panggilan nggak? ada. banyak. jadi, nama lengkap gue tuh putik seruni ambarwangi. panggilan gue anggi. pas SD, temen-temen gue nanya "panggilannya apa?" gue bilang anggi. tanpa pikir panjang ye, namanya juga anak SD. jadi temen-temen SD gue manggil gue anggi. masuk SMP, pas memperkenalkan diri, temen-temen gue mulai nanya "kok panggilan lo anggi sih? anggi-nya dari mana?" setiap orang yang kenal sama gue, hampir semuanya bertanya hal itu. "dari ambarwanginya. panggil gue anggi ya, jangan putik" karena most of them awal-awal masih manggil gue putik. masuk SMA is the big problem. gue memperkenalkan diri dengan cara gue yang biasa "yak, nama saya putik seruni ambarwangi. panggil aja anggi". pertanyaan yang sama muncul "angginya dari mana?" gue dengan capek menjawab "dari ambarwanginya. panggil anggi aja ya, jangan putik. atau seruni deh, boleh. asal jangan putik". masuk SMA, panggilan gue jadi beragam macamnya. dari mulai yang normal kayak putik, anggi, angga, atau seruni. sampe yang.... rada nggak normal kayak anggay, anggoy, anggey, serunoy, putcik, putcek, putak, pucuk, serundeng, seroney. sampe yang paling nggak normal menurut gue... pu-ting *kampret emang yang ngasih panggilan ini buat gue*. masuk SMA, panggilan gue mendadak banyak, gue sendiri pusing. dan kalo ada orang yang manggil gue dengan salah satu nama panggilan tersebut, ya gue nengok.
jadi, nama panggilan gue banyak kan? how many nicknames do you have?
Friday, May 30, 2014
Sunday, April 27, 2014
are they the real friends?
Temen. kita semua punya temen. ya, each of you. even lu orang paling cupu di sekolah. kita punya temen, nggak cuma di sekolah aja. di tempat les, di lingkungan rumah. pasti ada, walaupun sedikit dan nggak akrab. but the question is....
apa mereka beneran temen kita?
oke, mengenai pertanyaan itu, gue sebenernya juga menghadapi hal serupa. kadang pertanyaan-pertanyaan aneh kayak gitu suka muncul di pikiran gue "siapa temen gue sebenernya?". dan pertanyaan ini membuat gue inget satu scene di film "5cm" pas mereka berlima lagi ngumpul di rumah Arial dan salah satu dari mereka (gue lupa siapa) ngomong "kita nggak punya temen, di luar kita ber lima ini". and suddenly... I realize... gue ada di situasi yang sama. oke, wait... I mean... gue nggak punya temen deket di luar beberapa temen deket gue. memikirkan hal ini, memunculkan pertanyaan lagi di pikiran gue: "sebenernya siapa sih yang kita sebut sebagai TEMEN?"
apa temen itu adalah orang yang kita kenal aja? apa temen itu adalah orang yang berada di sekeliling kita? apa temen itu orang yang kita kenal selama bertahun-tahun? apa orang yang baru kenal bisa kita sebut sebagai teman? apa temen itu orang yang selalu ada di sisi kita? apa temen itu orang yang ada di saat kita butuh aja, lalu disaat kita nggak butuh, dia pergi?
siapa sebenernya teman itu?
well, I'm sure that you have your own answers and opinions. gue juga, gue punya arti sendiri buat kata "TEMAN". dan kejadian siapa-itu-teman membuat gue mengkaji ulang siapa yang gue sebut sebagai "TEMAN". gue nggak akan jabarin di sini karena ini urusan pribadi. kita sering cerita ke nyokap kita "mah, temen aku gini gini gitu loh" tapi dalem hati: "well, actually I'm not sure that she/he is my friend" tapi... yaudahlah ya. ada orang yang gue kenal, temenan sama orang. tapi di kelasnya dengan di tempat lain "perlakuannya" agak beda. tapi orang yang gue kenal ini tetep nganggep dia temen. sad isn't it?
berteman hanya karena status sosial. berteman hanya karena fisik. berteman hanya karena eksis. berteman hanya karena sebatas teman sekelas. berteman hanya untuk formalitas. berteman karena sahabat lama. berteman hanya karena satu ekskul. berteman karena memang ingin berteman. berteman hanya karena butuh. berteman karena beneran butuh. berteman karena niat berteman. berteman karena memang ditakdirkan untuk berteman.
dan yang lainnya. dan begitulah rupa wajahnya. ada sejuta bahkan semilyar makna dibalik TEMAN dan PERTEMANAN. yang kalian sadari, maupun tidak. dan tetap pada pertanyaannya...
SIAPA sih yang disebut sebagai TEMAN? dan APAKAH mereka beneran seorang TEMAN?
apa mereka beneran temen kita?
oke, mengenai pertanyaan itu, gue sebenernya juga menghadapi hal serupa. kadang pertanyaan-pertanyaan aneh kayak gitu suka muncul di pikiran gue "siapa temen gue sebenernya?". dan pertanyaan ini membuat gue inget satu scene di film "5cm" pas mereka berlima lagi ngumpul di rumah Arial dan salah satu dari mereka (gue lupa siapa) ngomong "kita nggak punya temen, di luar kita ber lima ini". and suddenly... I realize... gue ada di situasi yang sama. oke, wait... I mean... gue nggak punya temen deket di luar beberapa temen deket gue. memikirkan hal ini, memunculkan pertanyaan lagi di pikiran gue: "sebenernya siapa sih yang kita sebut sebagai TEMEN?"
apa temen itu adalah orang yang kita kenal aja? apa temen itu adalah orang yang berada di sekeliling kita? apa temen itu orang yang kita kenal selama bertahun-tahun? apa orang yang baru kenal bisa kita sebut sebagai teman? apa temen itu orang yang selalu ada di sisi kita? apa temen itu orang yang ada di saat kita butuh aja, lalu disaat kita nggak butuh, dia pergi?
siapa sebenernya teman itu?
well, I'm sure that you have your own answers and opinions. gue juga, gue punya arti sendiri buat kata "TEMAN". dan kejadian siapa-itu-teman membuat gue mengkaji ulang siapa yang gue sebut sebagai "TEMAN". gue nggak akan jabarin di sini karena ini urusan pribadi. kita sering cerita ke nyokap kita "mah, temen aku gini gini gitu loh" tapi dalem hati: "well, actually I'm not sure that she/he is my friend" tapi... yaudahlah ya. ada orang yang gue kenal, temenan sama orang. tapi di kelasnya dengan di tempat lain "perlakuannya" agak beda. tapi orang yang gue kenal ini tetep nganggep dia temen. sad isn't it?
berteman hanya karena status sosial. berteman hanya karena fisik. berteman hanya karena eksis. berteman hanya karena sebatas teman sekelas. berteman hanya untuk formalitas. berteman karena sahabat lama. berteman hanya karena satu ekskul. berteman karena memang ingin berteman. berteman hanya karena butuh. berteman karena beneran butuh. berteman karena niat berteman. berteman karena memang ditakdirkan untuk berteman.
dan yang lainnya. dan begitulah rupa wajahnya. ada sejuta bahkan semilyar makna dibalik TEMAN dan PERTEMANAN. yang kalian sadari, maupun tidak. dan tetap pada pertanyaannya...
SIAPA sih yang disebut sebagai TEMAN? dan APAKAH mereka beneran seorang TEMAN?
Thursday, March 20, 2014
Amandemen GEJOLAK
yooo whatsup guys, we're back! *gayanya andovi da lopez*
*SKIP*
ketemu lagi, setelah sekian lama nggak ngeblog. oke, gue baru dapet inspirasi kemaren gara-gara voice note dari temen gue. inspirasinya lagi endet-endetan nih, biasa lagi banyak yang dipikirin *showhat. oke, kali ini gue mau membahas.... sesuai dengan judulnya, AMANDEMEN GEJOLAK. amandemen? kayak UUD aja. yomin, bukan cuma UUD aja yang bisa amandemen, GEJOLAK juga bisa~ *bisa lah, jomblo bebas*. Amandemen kali ini adalah, amandemen kemajuan para GEJOLAK *emang udah ada kemajuan nggi?* yaa..., kemajuan menurut mindset kalian lah yee. anggota GEJOLAK saat ini adalah, gue, aryan, putri, kak febby, ririn, fairuz, dan..... in...dri, iye..., indri. anggota GEJOLAK bukan lagi yang ada di tulisan tentang GEJOLAK sebelumnya. dan kemajuan disini adalah satu anggota GEJOLAK udah taken. tuh, si indri. dia udah teken sama *biiip*. dia mendahului para GEJOLAK lainnya. tapi dia mengklaim masih bagian dari GEJOLAK, tapi dia udah taken. GEJOLAK juga sekarang nggak jomblo-jomblo amat, kita sekarang lebih sering sharing soal.... soal persoalan kita masing-masing wkwkwk. ada yang curhat pengen move on, ada yang curhat lagi ngincer orang tapi nggak diincer balik, ada yang curhat emang lagi ngincer orang, ada yang curhat mau ditinggal lulus kakak kelas *eh, ada yang curhat nggak dipeka-pekain sama doi *oke itu gua*, dan curhatan-curhatan lainnya. tapii, over all tetep, WE ARE STILL JOMBLO. harapan GEJOLAK adalah, tahun ini kita ada progress. yaaa, paling nggak dipekain balik lah wkwkwkwk. and amazingly, sekarang GEJOLAK ada grup WhatsAppnya! jadi kita bisa lebih sering curhaaat *emot tanjidoran WA*.
intinya, sekarang GEJOLAK punya formasi baru, spirit baru, dan semangat baru dalam menggapai cita-cita. yaa, cita-cita apaan ajalah. doain aja semoga segala cita-cita GEJOLAK dapat terwujud, aaamiiiinn.
sekian, cuma segitu yang terlintas di otak gue sekarang. salam jomblo. happy reading!
*SKIP*
ketemu lagi, setelah sekian lama nggak ngeblog. oke, gue baru dapet inspirasi kemaren gara-gara voice note dari temen gue. inspirasinya lagi endet-endetan nih, biasa lagi banyak yang dipikirin *showhat. oke, kali ini gue mau membahas.... sesuai dengan judulnya, AMANDEMEN GEJOLAK. amandemen? kayak UUD aja. yomin, bukan cuma UUD aja yang bisa amandemen, GEJOLAK juga bisa~ *bisa lah, jomblo bebas*. Amandemen kali ini adalah, amandemen kemajuan para GEJOLAK *emang udah ada kemajuan nggi?* yaa..., kemajuan menurut mindset kalian lah yee. anggota GEJOLAK saat ini adalah, gue, aryan, putri, kak febby, ririn, fairuz, dan..... in...dri, iye..., indri. anggota GEJOLAK bukan lagi yang ada di tulisan tentang GEJOLAK sebelumnya. dan kemajuan disini adalah satu anggota GEJOLAK udah taken. tuh, si indri. dia udah teken sama *biiip*. dia mendahului para GEJOLAK lainnya. tapi dia mengklaim masih bagian dari GEJOLAK, tapi dia udah taken. GEJOLAK juga sekarang nggak jomblo-jomblo amat, kita sekarang lebih sering sharing soal.... soal persoalan kita masing-masing wkwkwk. ada yang curhat pengen move on, ada yang curhat lagi ngincer orang tapi nggak diincer balik, ada yang curhat emang lagi ngincer orang, ada yang curhat mau ditinggal lulus kakak kelas *eh, ada yang curhat nggak dipeka-pekain sama doi *oke itu gua*, dan curhatan-curhatan lainnya. tapii, over all tetep, WE ARE STILL JOMBLO. harapan GEJOLAK adalah, tahun ini kita ada progress. yaaa, paling nggak dipekain balik lah wkwkwkwk. and amazingly, sekarang GEJOLAK ada grup WhatsAppnya! jadi kita bisa lebih sering curhaaat *emot tanjidoran WA*.
intinya, sekarang GEJOLAK punya formasi baru, spirit baru, dan semangat baru dalam menggapai cita-cita. yaa, cita-cita apaan ajalah. doain aja semoga segala cita-cita GEJOLAK dapat terwujud, aaamiiiinn.
sekian, cuma segitu yang terlintas di otak gue sekarang. salam jomblo. happy reading!
Saturday, February 1, 2014
Ngarep bro?
ngarep. satu kata, berjuta makna. ngarep itu bisa berbagai macam objeknya. bisa ngarep dia, ngarep punya hp baru, ngarep punya sepatu baru, ngarep bisa nonton konser 1D, ngarep bisa ke luar negeri, ngarep balik sama mantan, dan ngarep-ngarepnya yang lain. tapi biasanya, ngarep sering dikaitkan dengan cowok. entah itu cowok yang kita taksir, atau mantan. tau deh kenapa sering kayak gitu.
kita sering berharap, ya salah satunya tentang cowok itu. pas kita lagi naksir sama cowok, kita pasti berharap cowok itu bakal naksir balik sama kita. oh, how you wish your crush had a crush on you too. itu hal yang paling lazim terjadi. pas lagi naksir cowok dan kita kenal sama cowok itu, kadang kita berharap cowok itu nelpon atau sms duluan, yaa ini sih biasanya buat yang jarang komunikasi sama cowok itu, dalam artian jarang, atau malah nggak pernah smsan wa-an atau telponan sama itu cowok. how you wish, everytime your phone lights up, you hope it's a text from your crush. gue pernah kayak gitu, dan gue yakin ada banyak yang kayak gitu di luar sana. dan tentunya kita berharap salah satu dari sms-sms itu ada pernyataan sukanya pada kita.
well, ngarep boleh si. asal, jangan ketinggian. nanti kalo jatoh sakit, haha.
segini doang yang ada di otak gue. udah yak, udaaah. selamat berharap dan bermimpi
kita sering berharap, ya salah satunya tentang cowok itu. pas kita lagi naksir sama cowok, kita pasti berharap cowok itu bakal naksir balik sama kita. oh, how you wish your crush had a crush on you too. itu hal yang paling lazim terjadi. pas lagi naksir cowok dan kita kenal sama cowok itu, kadang kita berharap cowok itu nelpon atau sms duluan, yaa ini sih biasanya buat yang jarang komunikasi sama cowok itu, dalam artian jarang, atau malah nggak pernah smsan wa-an atau telponan sama itu cowok. how you wish, everytime your phone lights up, you hope it's a text from your crush. gue pernah kayak gitu, dan gue yakin ada banyak yang kayak gitu di luar sana. dan tentunya kita berharap salah satu dari sms-sms itu ada pernyataan sukanya pada kita.
well, ngarep boleh si. asal, jangan ketinggian. nanti kalo jatoh sakit, haha.
segini doang yang ada di otak gue. udah yak, udaaah. selamat berharap dan bermimpi
Friday, January 24, 2014
Tipe-Tipe Anak dengan Hasil Penjurusan
seperti yang gue tulis di postingan sebelumnya, masuk SMA lo akan mengenal penjurusan. untuk sistem penjurusan sendiri, biasanya ditentukan oleh psikotest. lo akan menjalani psikotest dan di hasilnya nanti, lo bisa liat, lo ditempatkan dimana IPA atau IPS. selain hasil psikotest, mungkin juga ada pertimbangan lain dari sekolah mengenai jurusan yang akan lo dapat. seperti tahun gue, 2013. gue masuk jurusan IPS, sesuai dengan ekspektasi gue sebelumnya. di sekolah gue, khususnya angkatan gue, penjurusan dilakukan dengan cara psikotest. dan rumornya, ditambah dengan nilai UAS yang ada di ijazah dan nilai UN. that's what the rumour said, gue nggak tau sih benernya gimana sampe gue bisa ditempatkan di IPS. padahal, ada juga temen gue yang hasil psikotestnya IPA tapi akhirnya sekelas sama gue di IPS, dan anehnya doi nggak mau pindah. beda sekolah, beda juga caranya. di sekolah temen gue, penjurusan dilakukan dengan tes 2 kali, yaitu psikotest dan tes akademik (untung di sekolah gue nggak begitu). tapi, yang mau gue bahas kali ini adalah bukan cara sebuah sekolah menerapkan sistem penjurusan peserta didik mereka. tapi, tipe-tipe anak SMA dengan hasil penjurusan mereka. ini sih beberap tipe menurut gue aja. kalo menurut kalian? hm.., mungkin ada yang berbeda. it depends on your mind. kalo lo ngerasa bener yaudah, kalo lo ngerasa nggak, ya bebas. ini Negara Demokrasi, setiap orang bebas berpendapat (asal jangan spam).
oke, kita mulai aja dari tipe yang pertama.
1. Follow your Passion-type
tipe ini yang menurut gue bagus. lo emang harus ngikutin passion lo di penjurusan. kalo lo nggak suka dengan jurusan yang lo dapat, dan lo udah ditempatkan dan masuk kegiatan KBM di jurusan itu, lo bisa pindah. dengan cara menghubungi pihak yang terkait. it's simple and simply. kalo menurut gue, lebih baik ngikutin passion dan bisa "mangatur" sendiri masa depan, daripada harus ngikutin hasil penjurusan tapi nantinya malah...., ya begitulah.
2. Pasrah Sama Hasil Penjurusan-type
tipe ini adalah tipe anak-anak SMA yang pasrah sama hasil penjurusan mereka. kalo hasilnya bilang lo masuk IPA ya lo masuk IPA, kalo hasil penjurusan bilang lo masuk IPS ya, masuk IPS. pasrah sih, atau mungkin lo nggak mau ribet. bisa jadi loh. bisa aja lo nggak mau ribet pindah kelas. ya..., yang harus ke Wakasek kesiswaan lah, yang harus cari tukeran dan lain sebagainya. bagus sih kalo lo bisa tahan.
3. Seneng Karena Hasil Tepat-type
tipe ini adalah tipe para penerima hasil penjurusan yang puas sama hasil mereka. sesuai ekspektasi, seperti gue. lo mau masuk IPA, dan ternyata penjurusan lo juga IPA. lo mau masuk IPS, dan hasil penjurusan lo juga IPS. that's what you get, bro. itu adalah hal paling enak.
4. Mau Pindah Kelas-type
tipe ini bagi anak-anak yang nggak begitu suka sama hasil penjurusan mereka. contoh, seorang anak mau masuk jurusan IPS karena nanti dia mau ambil jurusan Administrasi Fiskal di universitas. doi juga nggak mau belajar 2 kali di test IPC untuk masuk universitas. tapi hasil penjurusannya adalah, doi harus masuk IPA. otomatis, doi langsung minta pindah kelas dan nyari tukeran. ini juga salah satu yang mengikuti passion.
5. Masuk Jurusan karena Orang Tua-type
tipe ini yang sebenernya nggak begitu gue suka, entah kenapa. mungkin, karena orang tua gue nggak memaksa gue untuk masuk jurusan tertentu. atau mungkin, karena gue emang salah satu orang yang nggak setuju sama orang tua yang keinginannya harus selalu diikuti oleh anaknya. tipe ini berlaku untuk anak-anak yang masuk jurusan IPA atau IPS karena orang tua. contoh, si A dapet hasil penjurusan IPA. si A seneng banget sama IPA, seneng banget ngitungin konfigurasi, sama zat-zat unyu. tapi karena orang tua si A adalah sejarawan yang pro, akhirnya si A diharuskan mengikuti jejak orang tuanya masuk jurusan IPS. dan akhirnya, si A pindah ke IPS. atau contoh lain, si B masuk jurusan IPS. doi nggak seneng ngitung, dan lebih seneng baca buku setebel skripsi tentang sejarah atau sosiologi. tapi, karena orang tua si B memiliki pandangan masuk jurusan IPA bisa lebih-lebih-lebih-lebih sukses dari IPS, akhirnya si B dipaksa pindah ke Ipa sama orang tuanya. sad isn't it? oke, bagus kalo nantinya dia juga bakal sukses. kalo nggak? ya begitu.
itu dia beberapa tipe anak dengan penjurusan. mostly, gue biasa aja. tapi untuk tipe terakhir, back again, gue pribadi nggak setuju. menurut gue, IPA atau IPS adalah tergantung anaknya. kalau anaknya bisa bersungguh-sungguh dan bener-bener menekuni, dia juga akan sukses kok. walaupun jurusan yang diambil, nggak sesuai dengan keinginan orang tua atau keluarga. tapi...., hey come on, your kid are already grown up. they're not baby anymore, they're a senior high school student. oke, mungkin masih butuh pengarahan orang tua. tapi, untuk penjurusan, biar merekalah yang milih. toh, kalau mereka sukses yang seneng juga orang tuanya. iya kan?
oke, kita mulai aja dari tipe yang pertama.
1. Follow your Passion-type
tipe ini yang menurut gue bagus. lo emang harus ngikutin passion lo di penjurusan. kalo lo nggak suka dengan jurusan yang lo dapat, dan lo udah ditempatkan dan masuk kegiatan KBM di jurusan itu, lo bisa pindah. dengan cara menghubungi pihak yang terkait. it's simple and simply. kalo menurut gue, lebih baik ngikutin passion dan bisa "mangatur" sendiri masa depan, daripada harus ngikutin hasil penjurusan tapi nantinya malah...., ya begitulah.
2. Pasrah Sama Hasil Penjurusan-type
tipe ini adalah tipe anak-anak SMA yang pasrah sama hasil penjurusan mereka. kalo hasilnya bilang lo masuk IPA ya lo masuk IPA, kalo hasil penjurusan bilang lo masuk IPS ya, masuk IPS. pasrah sih, atau mungkin lo nggak mau ribet. bisa jadi loh. bisa aja lo nggak mau ribet pindah kelas. ya..., yang harus ke Wakasek kesiswaan lah, yang harus cari tukeran dan lain sebagainya. bagus sih kalo lo bisa tahan.
3. Seneng Karena Hasil Tepat-type
tipe ini adalah tipe para penerima hasil penjurusan yang puas sama hasil mereka. sesuai ekspektasi, seperti gue. lo mau masuk IPA, dan ternyata penjurusan lo juga IPA. lo mau masuk IPS, dan hasil penjurusan lo juga IPS. that's what you get, bro. itu adalah hal paling enak.
4. Mau Pindah Kelas-type
tipe ini bagi anak-anak yang nggak begitu suka sama hasil penjurusan mereka. contoh, seorang anak mau masuk jurusan IPS karena nanti dia mau ambil jurusan Administrasi Fiskal di universitas. doi juga nggak mau belajar 2 kali di test IPC untuk masuk universitas. tapi hasil penjurusannya adalah, doi harus masuk IPA. otomatis, doi langsung minta pindah kelas dan nyari tukeran. ini juga salah satu yang mengikuti passion.
5. Masuk Jurusan karena Orang Tua-type
tipe ini yang sebenernya nggak begitu gue suka, entah kenapa. mungkin, karena orang tua gue nggak memaksa gue untuk masuk jurusan tertentu. atau mungkin, karena gue emang salah satu orang yang nggak setuju sama orang tua yang keinginannya harus selalu diikuti oleh anaknya. tipe ini berlaku untuk anak-anak yang masuk jurusan IPA atau IPS karena orang tua. contoh, si A dapet hasil penjurusan IPA. si A seneng banget sama IPA, seneng banget ngitungin konfigurasi, sama zat-zat unyu. tapi karena orang tua si A adalah sejarawan yang pro, akhirnya si A diharuskan mengikuti jejak orang tuanya masuk jurusan IPS. dan akhirnya, si A pindah ke IPS. atau contoh lain, si B masuk jurusan IPS. doi nggak seneng ngitung, dan lebih seneng baca buku setebel skripsi tentang sejarah atau sosiologi. tapi, karena orang tua si B memiliki pandangan masuk jurusan IPA bisa lebih-lebih-lebih-lebih sukses dari IPS, akhirnya si B dipaksa pindah ke Ipa sama orang tuanya. sad isn't it? oke, bagus kalo nantinya dia juga bakal sukses. kalo nggak? ya begitu.
itu dia beberapa tipe anak dengan penjurusan. mostly, gue biasa aja. tapi untuk tipe terakhir, back again, gue pribadi nggak setuju. menurut gue, IPA atau IPS adalah tergantung anaknya. kalau anaknya bisa bersungguh-sungguh dan bener-bener menekuni, dia juga akan sukses kok. walaupun jurusan yang diambil, nggak sesuai dengan keinginan orang tua atau keluarga. tapi...., hey come on, your kid are already grown up. they're not baby anymore, they're a senior high school student. oke, mungkin masih butuh pengarahan orang tua. tapi, untuk penjurusan, biar merekalah yang milih. toh, kalau mereka sukses yang seneng juga orang tuanya. iya kan?
Monday, January 20, 2014
IPA atau IPS?
begitu masuk SMA, kita akan mengenal istilah penjurusan (atau sekarang bisa juga disebut peminatan). lazimnya ada 2 jurusan, IPA atau IPS (atau sekarang di kurikulum 2013 bisa disebut MIA dan IIS). dulu sih, ada jurusan bahasa. tapi mungkin, seiring perkembangan zaman, sedikit yang meminati jurusan bahasa. jadi sekarang, yang ada jurusan IPA dan IPS aja. bukannya jurusan bahasa nggak ada, mungkin di beberapa sekolah ada, tapi jarang banget, nyaris langka.
oke, gue sendiri saat ini udah SMA baru kelas satu si. dan beberapa orang mungkin berpikir tentang "image" dari anak IPA dan IPS. okay well, bisa dibilang jurusan IPA itu isinya anak-anak yang lebih suka menghitung dibanding menghafal. anak-anaknya yang lebih suka ngitung kalor pake rumus-rumus yang sedemikian rupa, daripada ngitung kurva supply-demand atau ngerjain soal di buku besar akuntansi. dan untuk jurusan IPS, isinya anak-anak yang lebih seneng ngafal atau baca buku dibanding ngitung-ngitung badan polar dan konfigurasi. anak-anak yang bisa berkutat dengan sejarah lebih lama daripada fisika atau kimia. tapi, dibalik "image" itu, mereka ternyata nggak selalu begitu.
menurut pengamatan gua selama.... 6 bulan jadi anak SMA, anak IPA nggak melulu soal angka dan rumus-rumus yang menerut mereka harus dipecahkan. kadang mereka juga mau belajar pelajaran IPS, dan sekarang di kurikulum 2013 malah, anak IPA HARUS belajar mata pelajaran IPS di lintas minat. lalu, untuk apa mereka masuk jurusan IPA, kalau harus belajar IPS juga?. dan gue juga menemukan (nggak baru menemukan juga sih) anak IPA yang kuliahnya nanti masuk jurusan IPS. lalu, buat apa mereka 3 tahun berkutat dengan angka-angka dan rumus-rumus aneh?. hal ini udah marak banget terjadi. hasilnya, anak IPA harus mengambil pilihan IPC (Ilmu Pengetahuan Campuran) pada tes masuk universitas. mereka harus mengerjakan soal IPA dan IPS. sebenernya, itu pilihan mereka, mungkin mereka senang dengan ilmu IPS tapi masuk jurusannya IPA. dan anak IPS juga nggak melulu soal sejarah atau hafalan geografi. mereka juga ada itung-itungannya, di ekonomi untuk menghitung harga keseimbanga dan kawan-kawannya, juga di akuntansi. anak IPS ada juga yang seneng ngitung, mungkin nggak ngitung soal ekonomi aja sih. bisa juga, dia masih suka ngitung-ngitung rumus fisika, kimia, atau menghafal bagian-bagian darah di pelajaran biologi.
terkait dengan penjurusan di SMA, sebenarnya kita nggak harus mengacu pada hasil psikotest yang akan menentukan jurusan kita nanti. kita bisa pindah, dari IPA ke IPS atau sebaliknya dengan cara menghubungi pihak yang terkait, dan biasanya harus nyari tukeran. dan biasanya, anak yang ngikutin passionnya begini. contoh, si A dapet hasil psikotest jurusan IPS. tapi, dia lebih seneng ngitung dibanding ngafal. soal itung-itungan doi jago, sambil merem pake jurus kameha-meha juga jadi. doi juga seneng IPA, dan mau kuliah jurusan IPA. jadi, doi pindah dari IPS ke IPA. it's a smart choice, man. ikutin aja passion lu. ikutin passion, cita-cita, dan lu mau kuliah di jurusan apa. itu langkah yang bagus buat nentuin jurusan yang lu mau.
sebenernya, kedua jurusan ini memiliki plus dan minus tersendiri. IPA dan IPS juga punya problem sendiri untuk diselesaikan, tentu dengan cara yang berbeda. IPA dan IPS juga sama-sama capek, capek di bidang mereka tentunya. yang jelas, kedua jurusan ini sama-sama capek fisik dan batin. capek fisik karena ya, otaknya harus mikir baik IPA maupun IPS. capek batin ya, mungkin karena sering dibanding-bandingin. semua orang pasti nggak mau dibanding-bandingin, even with our siblings. ya, sekalipun sama saudara kandung kita. sebagai seorang pelajar, kadang kita suka dibandingin. entah sama temen, orang tua, bahkan guru. yomin, guru. guru juga suka ngebandingin kita. anak IPA dibandingin sama anak IPS, begitu pula sebaliknya. contoh anak IPA dibandingin sama IPS: "nilai kalian itu, lebih jelek dibanding anak IPS". dan ini, contoh anak IPS dibandingin sama anak IPA: "kalian itu, masa nilai IPSnya lebih tinggi anak IPA dibanding kalian". dan mungkin, masih banyak bandingan-bandingan lainnya yang nggak..., atau mungkin belom gue denger. dan biasanya kita suka "gerah" sendiri dengan perkataan seperti itu, maupun dari guru, orang tua, kakak, om, tante, atau siapa pun.
jadi, kesimpulan gue adalah: pilihan jurusan yang tepat, dan masa depan lo bisa cerah. masa depan lo bisa ditentukan sejak memilih jurusan di SMA. salah pilih jurusan, bisa aja fatal akibatnya. makanya, pikirin dulu jurusan yang mau lo ambil, dan pikirin juga jurusan kuliah yang mau lo ambil. inget, semua itu nggak lepas dari kapasitas otak lo sebagai seorang pelajar yang memiliki jurusan dan cita-cita yang diinginkan. kalo otak lo nggak kuat di jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, pilih IPS. dan kalo otak lo nggak kuat di Ilmu Pengetahuan Sosial, pilih jurusan IPA. pinter-pinter pilih jurusan, pertimbangin cita-cita dan jurusan kuliah lo. jadi, pada akhirnya, pinter-pinterlah pilih jurusan.
oke, gue sendiri saat ini udah SMA baru kelas satu si. dan beberapa orang mungkin berpikir tentang "image" dari anak IPA dan IPS. okay well, bisa dibilang jurusan IPA itu isinya anak-anak yang lebih suka menghitung dibanding menghafal. anak-anaknya yang lebih suka ngitung kalor pake rumus-rumus yang sedemikian rupa, daripada ngitung kurva supply-demand atau ngerjain soal di buku besar akuntansi. dan untuk jurusan IPS, isinya anak-anak yang lebih seneng ngafal atau baca buku dibanding ngitung-ngitung badan polar dan konfigurasi. anak-anak yang bisa berkutat dengan sejarah lebih lama daripada fisika atau kimia. tapi, dibalik "image" itu, mereka ternyata nggak selalu begitu.
menurut pengamatan gua selama.... 6 bulan jadi anak SMA, anak IPA nggak melulu soal angka dan rumus-rumus yang menerut mereka harus dipecahkan. kadang mereka juga mau belajar pelajaran IPS, dan sekarang di kurikulum 2013 malah, anak IPA HARUS belajar mata pelajaran IPS di lintas minat. lalu, untuk apa mereka masuk jurusan IPA, kalau harus belajar IPS juga?. dan gue juga menemukan (nggak baru menemukan juga sih) anak IPA yang kuliahnya nanti masuk jurusan IPS. lalu, buat apa mereka 3 tahun berkutat dengan angka-angka dan rumus-rumus aneh?. hal ini udah marak banget terjadi. hasilnya, anak IPA harus mengambil pilihan IPC (Ilmu Pengetahuan Campuran) pada tes masuk universitas. mereka harus mengerjakan soal IPA dan IPS. sebenernya, itu pilihan mereka, mungkin mereka senang dengan ilmu IPS tapi masuk jurusannya IPA. dan anak IPS juga nggak melulu soal sejarah atau hafalan geografi. mereka juga ada itung-itungannya, di ekonomi untuk menghitung harga keseimbanga dan kawan-kawannya, juga di akuntansi. anak IPS ada juga yang seneng ngitung, mungkin nggak ngitung soal ekonomi aja sih. bisa juga, dia masih suka ngitung-ngitung rumus fisika, kimia, atau menghafal bagian-bagian darah di pelajaran biologi.
terkait dengan penjurusan di SMA, sebenarnya kita nggak harus mengacu pada hasil psikotest yang akan menentukan jurusan kita nanti. kita bisa pindah, dari IPA ke IPS atau sebaliknya dengan cara menghubungi pihak yang terkait, dan biasanya harus nyari tukeran. dan biasanya, anak yang ngikutin passionnya begini. contoh, si A dapet hasil psikotest jurusan IPS. tapi, dia lebih seneng ngitung dibanding ngafal. soal itung-itungan doi jago, sambil merem pake jurus kameha-meha juga jadi. doi juga seneng IPA, dan mau kuliah jurusan IPA. jadi, doi pindah dari IPS ke IPA. it's a smart choice, man. ikutin aja passion lu. ikutin passion, cita-cita, dan lu mau kuliah di jurusan apa. itu langkah yang bagus buat nentuin jurusan yang lu mau.
sebenernya, kedua jurusan ini memiliki plus dan minus tersendiri. IPA dan IPS juga punya problem sendiri untuk diselesaikan, tentu dengan cara yang berbeda. IPA dan IPS juga sama-sama capek, capek di bidang mereka tentunya. yang jelas, kedua jurusan ini sama-sama capek fisik dan batin. capek fisik karena ya, otaknya harus mikir baik IPA maupun IPS. capek batin ya, mungkin karena sering dibanding-bandingin. semua orang pasti nggak mau dibanding-bandingin, even with our siblings. ya, sekalipun sama saudara kandung kita. sebagai seorang pelajar, kadang kita suka dibandingin. entah sama temen, orang tua, bahkan guru. yomin, guru. guru juga suka ngebandingin kita. anak IPA dibandingin sama anak IPS, begitu pula sebaliknya. contoh anak IPA dibandingin sama IPS: "nilai kalian itu, lebih jelek dibanding anak IPS". dan ini, contoh anak IPS dibandingin sama anak IPA: "kalian itu, masa nilai IPSnya lebih tinggi anak IPA dibanding kalian". dan mungkin, masih banyak bandingan-bandingan lainnya yang nggak..., atau mungkin belom gue denger. dan biasanya kita suka "gerah" sendiri dengan perkataan seperti itu, maupun dari guru, orang tua, kakak, om, tante, atau siapa pun.
jadi, kesimpulan gue adalah: pilihan jurusan yang tepat, dan masa depan lo bisa cerah. masa depan lo bisa ditentukan sejak memilih jurusan di SMA. salah pilih jurusan, bisa aja fatal akibatnya. makanya, pikirin dulu jurusan yang mau lo ambil, dan pikirin juga jurusan kuliah yang mau lo ambil. inget, semua itu nggak lepas dari kapasitas otak lo sebagai seorang pelajar yang memiliki jurusan dan cita-cita yang diinginkan. kalo otak lo nggak kuat di jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, pilih IPS. dan kalo otak lo nggak kuat di Ilmu Pengetahuan Sosial, pilih jurusan IPA. pinter-pinter pilih jurusan, pertimbangin cita-cita dan jurusan kuliah lo. jadi, pada akhirnya, pinter-pinterlah pilih jurusan.
Subscribe to:
Posts (Atom)